Secangkir cappuccino
coffe kuseduh hangat-hangat.
Sambil menikmati suasana, bola mataku menatap seluruh ruang kafe. Barista mondar mandir mengantar pesanan. Penuh dengan anak muda, terdengar begitu riuh dan tampak asyik ngobrol dengan temannya masing-masing.
Sambil menikmati suasana, bola mataku menatap seluruh ruang kafe. Barista mondar mandir mengantar pesanan. Penuh dengan anak muda, terdengar begitu riuh dan tampak asyik ngobrol dengan temannya masing-masing.
Begitupun aku, malam ini aku sengaja membuat janji dengan teman baikku. Fuad. Kalau mereka niatnya pacaran atau rokok-an, aku mencari obrolan yang bisa menguatkanku melangkah menuju masa depan.
“Bro, aku punya
konsep bagus nih untuk bisnis e-commers, nyambung sama rencanamu waktu itu. Kayaknya
ini bisa kita sinergikan deh.”
Sambil aku
mengeluarkan secarik kertas kosong dan satu buah pena dari tas, aku presentasi
kira-kira 5 menit di depannya.
Seperti yang
telah aku batin tadi selama perjalanan menuju kafe. Pasti justru aku yang bakal
dapat pencerahan dari temanku yang terkenal cerdas ini.
Sejenak ia menghela
napas, sambil menyalakan rokoknya yang tanpa merek. Dari raut wajahnya,
sepertinya ia mulai memahami kemana arah jalan pikiranku.
Diskusi pun
dimulai...
“Jadi kamu mau
mendisrupsi bakul etek (istilah untuk pedagang keliling), dan mendisrupsi pasar
ul?” Tanyanya memastikan.
“Yap, betul.” Jawabku
Aku hanya
menceritakan ideku untuk membuat jasa antar belanja. Nggak jauh beda sama perusahaan
gojek;grab;okejek;dll.
“Bedanya jasa
antar belanja ini punya toko sendiri yang menyediakan kebutuhan rumah tangga
sehari-hari fu, misalnya sayuran sehat, beras organik, sembako, sabun, dan
masih banyak kebutuhan primer lainnya.”
“Oke, kalau
konsepmu seperti itu, kayaknya nggak bisa ul.” Ucapnya.
Jleb, nusuk di
hati.
Why?
Dia pun
menjelaskan, “di komunitas kita udah ada namanya Japo Mart. Itu konsepnya bisa
dipakai untuk Japo mart. Tapi kalau diterapkan disini, tetep nggak bisa.”
Jawabannya membuat aku mundur selangkah demi selangkah dari optimisku.
Bila dipikir-pikir,
memang, konsep ini hanya bisa diterapkan di kota-kota besar. Sedangkan aku hanya
tinggal di daerah pedesaan.
Sekarang aku
mulai merubah posisiku. Aku memutuskan untuk jadi pendengarnya saja malam ini.
1 menit, 5 menit,
Aku mulai bingung mengikuti kemana arah pembicaraan kami malam ini.
Aku akan dibawa
kemana ya? Ucapku dalam hati. Yasudahlah,
aku ikuti saja alurnya.
Ada hal yang
perlu kita tahu. Saat kita ingin memulai bisnis baru, apa kita udah paham
dengan yang namanya fokus?
Kata kunci
obrolan part 1 kita malam ini adalah fokus.
Yang aku pahami,
fokus itu adalah berjalan lurus sesuai rel yang kita pilih. Tidak belok ke rel
cabang yang lain. Karena bagiku, fokus itu tidak bercabang.
Mungkin hampir
benar, tapi Fuad punya definisi sendiri untuk kata fokus ini.
“Kita lihat Guru
kita, Bapak Kiai Tanjung. Apakah beliau fokus? Jelas fokus. Padahal yang
ditangani beliau banyak: ada pendidikan, program pemberdayaan, program
kemandirian pangan, produk kreatif dengan brand Japo, merangkul seluruh jamaah, dan masih banyak yang lainnya. Tapi
beliau mampu membuat semuanya berjalan sebagaimana mestinya.” Kata Fuad
menunjukkan bukti.
Lalu fokus itu
apa? Gimana?
Aku hanya mengedipkan
mata, sekarang gantian fokus menatap matanya fuad aja deh. Hehe
Dari ceritanya, fokus
itu adalah ketika ia sedang ngobrol dengan aku malam ini. Ia fokus membicarakan
topik yang telah aku tentukan saat janjian. Jadi nggak keinget usaha susu segar
yang tengah ia geluti, nggak inget percekcokan ia dengan orangtuanya, atau
dengan pacarnya. Nggak juga ingat klien-kliennya yang ia jumpai setiap hari. Ia
hanya fokus dengan apa yang sedang ia hadapi detik ini.
Tapi bagaimana
caranya supaya kegiatan di luar pertemuan malam ini tetap berjalan dengan baik.
Meskipun sekarang sedang fokus ngobrol bersamaku.
Sebenarnya aku
ingin menggarisbawahi makna fokus yang ia jelaskan menurut sudut pandangku. Bahwa
fokus itu tidak harus melakukan hanya 1 hal saja. Tidak begitu artinya, tetapi
kita punya rencana apa, kita lakukan satu persatu dengan total, kemudian kalau
kegiatan satu sudah selesai, baru ke kegiatan yang selanjutnya.
Tidak melarang
kita punya banyak rencana, punya banyak bisnis atau kegiatan. Begitu kira-kira
maksudnya.
Mungkin kamu yang
baca ini mulai bingung dengan penjelasanku yang mbulet alias sulit dipahami
ini. Hehe
Tapi nggak papa,
lanjut aja dulu bacanya ya. Siapa tahu ditengah perjalanan nanti kamu akhirnya
mengerti.
Aku mulai menarik
benang merah dari penjelasannya.
Yang terjadi pada
diriku saat ini adalah aku kehilangan fokus.
Iya, awal pertama
kali terjun di dunia bisnis, waktu itu aku milih usaha abon lele. Sebagai pemula,
lumayan banyak pendapatannya, bisalah buat bayar kos perbulan sama gaji patner
bisnisku.
Kemudian ada
kendala, sehingga usahanya berhenti. Ganti fokus di usaha katering. Gagal lagi. Kemudian
sekarang ada unek-unek baru ingin usaha e-commers. Ada unek-unek ingin bisnis
ini bisnis itu. Yang pada akhirnya aku tidak pernah total mengerjakan apa yang
ada di hadapanku. Hasilnya pun jauh dari kata maksimal..
Dari sini, kamu
pasti udah bisa melihat, aku memaknai fokus dalam arti harus mengerjakan 1 hal
saja, cukup 1 bidang. Kalaupun di tengah jalan ada unek-unek baru, mulai cari
jalan agar bisa segera meninggalkan kegiatan yang lama.
Oh no! Ini yang
membuat aku tidak punya prinsip. Bosen dengan ini, ganti fokus dengan yang
lain, gagal dengan bisnis yang ini, pindah ke bisnis yang lain. Begitu terus
sampai sekarang umurku 21 tahun. Hadeeh. Cape deh.
Next...
Kata kunci
part 2 yaitu pegang kuat prinsip
Dia cerita hal
rumit yang pernah ia lalui bahkan yang sedang ia alami saat ini, bermula saat
ia ingin punya usaha susu segar. Jangankan punya modal, dukungan dari orang
lain pun tidak ada. Malah diremehkan dan diragukan.
Tapi ia punya
prinsip. Ia pegang pencapaian apa yang harus ia raih. Ia tutup telinga. Ia punya
prinsip bahwa bisnis yang ia jalani adalah untuk menjalankan perintah Gurunya. Prinsip
ingin mandiri finansial supaya tidak bergantung kepada orang tuanya. Prinsip ingin
membantu lebih banyak orang. Prinsip ingin memberdayakan lingkungan. Prinsip-prinsip
itulah yang ia pegang sejak awal.
Sehingga saat ada
sesuatu atau seseorang yang menghalangi tujuannya, ia tegas untuk menghentikan
penghalangnya tersebut, apapun!
“Gimana, kereng
ya aku...” Ucapnya sambil terkekeh.
Kata kunci 3,
Guru lagi, lagi-lagi demi Guru
Balik lagi cerita
tentang usahanya. Ngobrol masalah modal, ia benar-benar mulai dari nol. Tanpa modal,
hanya berbekal ide dan berkesandaran kuat dengan Guru. Ia yakin, apapun hal
yang ingin kita tuju bila niatnya adalah untuk Guru, lillahi ta’ala, pasti ada
jalan. Pasti diberi kemudahan.
Banyak sekali keajaiban
yang ia alami. Bahkan bila dipikir, benar-benar di luar nalar dan logika.
Masa iya,
tiba-tiba ia diberi uang cuma-cuma dengan orang. Kalau dipikir, kenapa kok
orang tersebut mau memberi uang sama Fuad, berjasa apa dia?
Bermodalkan motor
dan bensin, saat itu ia sedang mengantarkan majalah pesanan orang. Sampai di rumah
pelanggan majalah tersebut, tiba-tiba ia diberi uang Rp 50.000
Matanya melotot
sambil ngacungin kelima jarinya di depan wajahku. “Lima puluh ribu uuul!” Ucapnya.
Iya fuuu,
teruss?? Gimanaaa?
Tanyaku penasaran...
Kamipun ketawa
menggelegar. Sampai orang disamping pada nengok kearah kami. Hahaa...(tepuk
jidat)
Ya bermula dari
modal itu awal usaha susu segarnya dimulai. Besok lagi datang kemudahan. Besok lagi
kebanjiran orderan. Besoknya lagi dapat pelanggan tetap. Begitu terus sampai
pesanan susunya tembus 50 liter perhari.
Keuntungannya? Jangan
ditanya. Ia tidak pernah perhitungan dengan teman. Kalau ada uang untuk nraktir
teman, pasti bakal dia lakukan. Sambil ngopi bisa diskusi dengan teman,
sharing-sharing supaya bisa maju bersama. Dan selalu dia yang nraktir. Anehnya,
uangnya bukannya malah berkurang, besoknya pasti ada rezeki yang datang. Entah dari
manapun itu, itulah keanehan yang dia sendiri bingung menjelaskannya.
Salut banget fu
sama kamu. Geleng-geleng, sambil kukur-kukur kepala aku dibuatnya.
Kata kunci 4, selalu
tepat waktu
Seperti malam ini, ia tidak telat dengan janjinya. Malahan aku yang telat. Kemarin aku bikin janjinya abis maghrib. Tapi tadi sore waktu ditelepon dia, aku berubah pikiran, abis isyak aja fu, ucapku.
Tahu nggak? Udah aku yang mundurin
jam, abis itu telat lagi. Dia yang malah nungguin di depan kos ku. Gubrak!!
Ini ya, kalau mau
punya pelanggan, nggak lama pasti kita bakal ditinggalkan. Karena kita tidak
tepat waktu. Ucapnya yang “kayaknya” nyindir aku.
Tapi semoga itu
tidak benar, paling ini hanya prasangkaku saja...amin..hehe.
“Tepat waktu ini
erat kaitannya dengan menghargai. Kalau kita telat 5 menit aja, kita udah
membuang waktu orang yang menunggu kita tadi secara sia-sia, apalagi telat
setengah jam. Apa nggak kasihan dengan yang menunggu kita? Apa dia tidak punya
kesibukan juga seperti kamu? Apa apa apa...dan apa-apa yang lainnya..
Iya, iya, dan
iya...
Aku Cuma bisa
bilang iya saat Fuad berceramah di kafe itu.
Dan setelah
pulang dari kafe tersebut, saat ini aku jadi semakin dilema.
Akhirnya aku
putuskan untuk menuliskan ini saja, supaya kamu yang membaca ini juga ikut dilema. Dilema karena tulisan ini endingnya begini. Hehe
So what next?
Nantikan tulisanku selanjutnya yaa...
Hahahhaha..... saya suka saya suka...😊
ReplyDeleteHahahhaha..... saya suka saya suka...😊
ReplyDeleteAssiklah artikelnya...wkwkwk
ReplyDeleteDemi GURU maksudnya gimana gan??