Sore tadi aku sengaja ke kediri
untuk mereparasi printerku. Tidak banyak kerusakannya, hanya ganti katrij tinta. Aku
bersama temanku, reka namanya. Dia ini unik, waktu aku tanyain apa
hoby yang paling dia sukai, dengan semangat ia menjawab, daki gunung, ucapnya.
Di perjalanan muncul unek-unek
ingin mampir kesini ingin mampir kesitu. Dan pada akhirnya kami mampir ke Gramedia. Tidak direncanakan sebelumnya, ya beginilah kehidupan. Banyak yang
gak sesuai rencana, tapi terjadi. Aku sedang di Gramedia. Ku antar kaki ku
menuju rak buku bertema business. Rak favoriteku sejak kuliah semester satu. Disana aku membaca buku Pak Hermawan Kartajaya, bukunya Rhenald Kasali. Tak banyak yang kuingat, hanya secuplik kata
yang sarat makna.
Aku jadi berkenalan dengan Pak Tung Desem Waringin, katanya profesi beliau adalah motivator bisnis. Namun aku
tidak tau seperti apa kisah perjalanan hidupnya, kenapa ia sampai se-terkenal
itu di benak banyak orang. Katanya, dia pernah menjual CD panduan bisnis yang
harganya mahal, tapi orang berbondong-bondong ingin membeli CD nya. Ia juga
membuat kegiatan seminar-seminar. Walaupun tiket harga
selangit, harga satu juta lebih pun ditempuh mereka yang ingin bisnisnya
melejit. Terbayang betapa powerfull nya beliau. Apa yang menjadikan beliau se-popular itu. Popularitas saja atau memang kualitas. Mungkin ini pr ku malam
ini, untuk mencari tahu di youtube dan berkenalan dengan beliau lebih lanjut.
Kaki kutapaki ke rak berikutnya,
tiba-tiba mata tertuju sebuah buku free writing. Sejenak aku membuku disitu. Menikmati
waktu sambil mengenang sahabat yang telah pergi lebih dulu. Mas amin maulani,
sosoknya yang pernah mengenalkanku pada pak Herwono Hasyim yang notabene penulis buku ini. Aku sedikit
tergelitik dengan tuturnya, katanya “mengejar kebahagiaan dengan menulis.” Senyumku
merekah, seperti sedang mendapati secercah harapan, bahwa aku akan meraih
kebahagiaan. Bukan sekejap aku melahap kata, saking asyiknya waktu tak
bersahabat dengan senja. Pukul 5 sore. Sedikit sebal karena jarak Gramedia
Kediri menuju Nganjuk dilalui selama 1 jam. Itupun kecepatan 50 sampai 60
km/jam di tengah maghrib.
Tekadku bulat untuk pulang, tapi
kaki tak mau mengayun ke pintu yang bertulis exit. Kuturuti langkahnya kembali
ke rak bisnis, jumpa juga kau akhirnya. Aku tak terlalu mengingat nama beliau,
hanya terkesan dengan nasehatnya. Beliau berbagi ilmu pemasarannya, beberapa
poin penting yang aku garis bawahi bahwa sebagai pemasar, kita harus mampu
mencari pelanggan baru dan mempertahankan pelanggan lama. Jangan sakiti hati
pelanggan katanya. Jangan pula mengingkari janji, jangan mempertanyakan privasi
pelanggan, jangan membicarakan aib pelanggan kepada orang lain.
Pesannya manusiawi
sekali. Sebagai manusia bukankah memang begitu yang seharusnya, bagian dari sebuah keniscayaan untuk berlaku baik kepada sesama. Sejenak aku merenung, rasanya ilmu pemasaran itu sangat humanis. Tiba-tiba Pak Hermawan Kartajaya menyaut obrolan kami, ia turut menanggapi Walaupun trend pemasaran saat ini serba online, tetap saja harus imbang dengan
offline. Keduanya tidak boleh dipisah. Kita itu berurusan dengan manusia,
ibaratnya offline seperti memanusiakan manusia. Bagaimana berinteraksi secara
langsung. Mempengaruhi baik mengedukasi maupun direct selling (penjualan langsung).
Plak! Tiba-tiba seseorang menepuk
pundakku dari belakang. “Mbak, ayo kita pulang.” Ajak reka mengejutkanku. Ia tersenyum-senyum.
Tampak sebuah kresek yang ditentengnya berisi headlamp, barang impiannya yang baru
terbeli untuk mendaki oktober ini. Ia berjingkrak girang hati. Hal yang biasa
kulihat kalau dia sedang hoki.
No comments:
Post a Comment