Rumah Impian


Photo by : https://pixabay.com/en/tree-silhouette-black-and-white-65144/

Tak sayang ku buang, waktu, tenaga, pikiran, dan perasaan.
Demi rumah impian.

Kau mau tinggal dimana? Tanya malaikat menyindirku lagi.
Ya, rumah impian.” Jawabku ketus

“Mana ada, rumah yang mau menerima gelandangan sepertimu.”
Ucapan itu tak sekali dua kali ia lontarkan.
Aku tertawa sambil menatap cakrawala
Menganggap lalu percakapan itu.

Aku menunggu...

Mungkin mereka menganggapku gila.
Hei malaikat. Buat apa aku dilahirkan?
Tuhan kan tahu kalau aku sedang susah.
Katanya kiai di kampungku, Tuhan itu maha kasih maha sayang.
Pasti Tuhan mengabulkan permintaanku.” Jawabku yakin.

Rumah yang kau impikan adalah istana bagi mereka yang bersih dan cukup bekal.
Lihatlah dirimu, ingatlah yang kau kerjakan semasa di dunia?” Tatapan tajam malaikat membuatku menjerit.
“Aaaarrgghhh ... Tuhan, kenapa kau buta. Padahal aku sudah menjalankan apa yang Kau perintahkan!
Kembalikan aku Tuhan. Aku janji akan memenuhi semua keinginan-Mu.

Tuhan, apa kau bisu?
Kenapa kau tak menjawab pertanyaanku?

Aku meratapi jasadku yang membusuk di tanah tersirat.
Ku tangisi akhir hayatku.
Tiba-tiba sosok aneh dan menyeramkan mendatangi aku.
Ss..siapa kau! Tanyaku gagap.
Ia tersenyum, mengajakku berdiri lalu berkata.
“Ini memang tempat untuk kita, karena kita tidak bisa kembali ke Rumah Impian.
Kami sama kok sepertimu, nanti kamu akan terbiasa.
Nanar dan kaget.
“Jadi, apa aku akan hidup selamanya abadi disini.”
Tanyaku pada malaikat lagi.
Kini malaikat tak mau menjawab.
Tak ada hak untuk aku bisa menuntut dan bicara soal keadilan Tuhan.

Inilah tempatku.

No comments:

Post a Comment