Baper yang Berujung Simpati



Baru kemarin sore aku didatangi seseorang yang sebaya dengan adikku, anggap aja namanya Starla. Dia tengah mengalami masa yang berat dan kritis. Apa yang dia minta dari aku? Dia meminta pendapatku, jika orang tuanya bercerai dia harus senang atau sedih? Dia harus membela ayahnya atau ibunya? Tentu aku bingung, gak bisa ngasih solusi apapun. Yang aku rasakan hanyalah turut sakit merasakan musibah di keluarganya. Dari situ aku merasa baper yang mendalam. Aku larut dan membayangkan bagaimana jika aku berada di posisinya.
Tak ingin meneteskan air mata, aku memutuskan untuk mengarahkan dia kepada orang yang aku anggap seperti ibuku sendiri, karena aku yakin Starla pasti lebih nyaman dengan ibuku. Sejak hari itu aku mulai berpikir, betapa wajibnya aku bersyukur kepada Allah. Punya keluarga yang utuh dan damai, semoga sampai anak cucu dan seterusnya. Amin.
Dari cerita tadi, aku menarik kesimpulan bahwa penting sekali kita empati dengan orang lain, walau sempat baper, tapi tak apa. Menjadi pendengar yang baik adalah penyejuk bagi hati yang rapuh. Simpati bisa menjadi angin syurga bagi hati yang patah, apalagi kita dapat membantu ia keluar dari zona tidak nyamannya. Semoga kita semua selalu diberi kekuatan oleh Tuhan, masalah apapun adalah cara Tuhan mendidik kita untuk menjadi manusia pilihan. Ingat! Tuhan lebih dekat  dari urat nadi kita sendiri. Jadi, bersandar pada Tuhan dan utusannya adalah hal yang arif dan bijak.

No comments:

Post a Comment